Stigma terhadap perempuan dengan kepribadian narsistik sering kali lebih berat dibandingkan laki-laki
karena bertabrakan langsung dengan norma sosial dan harapan budaya terhadap perempuan.
Dalam banyak masyarakat, perempuan diharapkan bersifat empatik, lembut, dan merendah.
Karakteristik yang justru bertolak belakang dengan sifat-sifat narsistik seperti dominan, ambisius, dan haus perhatian.
Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai stigma tersebut.
Apa Itu Perempuan Narsistik?
Perempuan dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD) menunjukkan ciri-ciri umum seperti:
-
Kebutuhan berlebihan akan validasi atau pujian
-
Merasa lebih unggul dari orang lain
-
Sulit menerima kritik
-
Minim empati
-
Manipulatif atau eksploitatif dalam hubungan
Namun, perempuan dengan NPD bisa tampil lebih terselubung dibanding pria,
misalnya melalui pencitraan sosial, sikap “victim” yang dibuat-buat, atau keanggunan yang digunakan untuk kontrol sosial.
Stigma Sosial terhadap Perempuan Narsistik
Label Negatif yang Melekat
Perempuan yang menunjukkan kepercayaan diri tinggi atau dominasi sering dilabeli sebagai:
-
“Drama queen”
-
“Manipulatif”
-
“Terlalu banyak tuntutan”
-
“Bitchy” atau “bossy”
Sementara laki-laki dengan sikap serupa justru sering dipuji sebagai percaya diri dan pemimpin.
Dianggap Tidak “Perempuan Banget”
Sifat-sifat narsistik dianggap tidak cocok dengan citra ideal perempuan yang:
-
Mengayomi
-
Rendah hati
-
Penurut
-
Fokus pada keluarga, bukan pencapaian pribadi
Ini membuat perempuan narsistik sering dianggap “bermasalah” atau “tidak layak dicintai”.
Baca Juga:
- Ciri-Ciri Narsistik dan Cara Menyikapinya
- Kepribadian Narsistik di Balik Popularitas Artis
- Wanita dan Politik: Tantangan serta Peluang di Dunia Politik Bagi Wanita
Kerap Diabaikan dalam Diagnosis
Karena perempuan narsistik bisa tampil dengan cara halus, misalnya sebagai “martir” atau memanipulasi lewat kelemahan,
diagnosis NPD pada perempuan lebih sering terlewat atau disalahartikan sebagai gangguan lain (misalnya histrionik atau borderline).
Contoh Stigma dalam Kehidupan Sehari-Hari:
-
Teman kerja sukses dan percaya diri dianggap sombong atau terlalu ambisius
-
Ibu rumah tangga yang narsistik terselubung, memanfaatkan citra “korban” untuk mengontrol pasangan dan anak
-
Influencer media sosial yang mengandalkan penampilan dan validasi terus-menerus dianggap dangkal
Mengapa Ini Penting?
Stigma ini bukan hanya tidak adil, tetapi juga menghambat pemahaman dan penanganan gangguan kepribadian secara tepat.
Perempuan dengan NPD perlu ruang untuk dipahami dan ditangani secara profesional, bukan hanya dikritik karena “tidak sesuai harapan sosial.”
Perempuan narsistik bukan musuh, dan mereka bukanlah kegagalan dari kodrat kewanitaan.
Mereka adalah individu yang juga membutuhkan pemahaman, batasan sehat, dan kemungkinan untuk berkembang.
Menghilangkan stigma adalah langkah awal menuju penyembuhan—baik bagi mereka maupun bagi orang di sekitarnya.
Leave a Reply