Orangtua Wajib Tahu: Dampak Anemia pada Anak Lebih Serius dari yang Diduga

Ilustrasi orang tua dan anak. (Foto: Andrea Piacquadio/Pexels)

Hi GWID! Pernahkah Ayah dan Bunda melihat si kecil tampak kurang bersemangat, cepat lelah, atau terlihat pucat padahal sudah cukup makan dan tidur? Bisa jadi itu bukan soal aktivitas yang padat, tapi tanda dari anemia defisiensi besi, salah satu masalah gizi yang paling umum namun sering terabaikan.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi anemia pada anak usia 6–59 bulan di Indonesia mencapai 38,4%. Artinya, satu dari tiga anak balita di Indonesia menderita anemia. Yang lebih mengkhawatirkan, banyak orangtua belum menyadari seberapa besar dampaknya terhadap tumbuh kembang si kecil.

Kenapa Anemia Bisa Sangat Berbahaya?

Anemia terjadi saat tubuh kekurangan zat besi, yang diperlukan untuk membentuk hemoglobin—komponen darah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika pasokan oksigen terganggu, seluruh sistem tubuh, termasuk otak, ikut terdampak.

“Zat besi tidak hanya penting untuk membawa oksigen, tapi juga untuk pembentukan neurotransmitter di otak. Kekurangannya bisa memengaruhi daya konsentrasi, semangat belajar, bahkan kemampuan motorik anak,” jelas dr. Devie Kristiani, Sp.A, Dokter Spesialis Anak saat Talk Show bertajuk “71 Tahun SGM Menutrisi Indonesia” yang merupakan rangkaian kegiatan kunjungan ke Pabrik Sarihusada pertama di Yogyakarta, belum lama ini.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa anak yang mengalami anemia cenderung:

  • Sulit fokus dan cepat kelelahan saat belajar
  • Kurang aktif saat bermain
  • Tumbuh lebih lambat dibanding teman sebayanya
  • Berisiko mengalami keterlambatan perkembangan

“Dampaknya tentu tidak hanya jangka pendek, tapi bisa memengaruhi performa akademis dan kepercayaan diri anak di kemudian hari,” imbuh dr. Devie.

dr. Devie Kristiani, Sp.A, Dokter Spesialis Anak saat Talk Show bertajuk “71 Tahun SGM Menutrisi Indonesia” yang merupakan rangkaian dari kegiatan kunjungan ke Pabrik Sarihusada pertama di Yogyakarta. (Foto: Dok. Sarihusada)

Mengapa Masih Banyak Anak Terkena Anemia?

Faktor penyebab anemia pada anak, sambung dia, bisa bermacam-macam, namun yang paling umum adalah kurangnya asupan zat besi dalam makanan sehari-hari. Selain itu, faktor risiko bisa datang dari pola makan ibu saat hamil, infeksi, hingga kurangnya edukasi mengenai nutrisi.

Sayangnya, anemia sering tidak menunjukkan gejala yang jelas di awal, sehingga banyak anak baru terdeteksi setelah kondisinya cukup parah.

Langkah Cegah Anemia Sejak Dini

Berita baiknya, anemia bisa dicegah dan ditangani dengan cara sederhana, terutama lewat pola makan sehat dan seimbang. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua:

  • Berikan anak makanan tinggi zat besi, seperti daging merah, hati ayam, ikan, kacang-kacangan, dan bayam
  • Pastikan konsumsi vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi
  • Rutin memantau pertumbuhan anak melalui posyandu atau dokter anak
  • Pertimbangkan pemberian susu pertumbuhan yang difortifikasi zat besi dan nutrisi penting lainnya
  • Gunakan alat bantu seperti kalkulator zat besi online untuk memantau kebutuhan nutrisi harian si kecil

“Penelitian menunjukkan bahwa anak usia 1–3 tahun yang rutin mengonsumsi susu pertumbuhan memiliki asupan zat besi dan nutrisi mikro lebih baik dibandingkan anak yang hanya mengonsumsi susu cair biasa,” tambah dr. Devie.

Dukung Generasi Emas dari Rumah

Indonesia sedang menyiapkan diri untuk Generasi Emas 2045, yakni saat negara ini akan menikmati puncak bonus demografi. Tapi tanpa anak-anak yang sehat secara fisik dan mental, visi itu bisa sulit tercapai.

Itulah mengapa penting bagi setiap orangtua untuk mulai dari hal kecil: memastikan si kecil mendapatkan gizi yang cukup, terutama zat besi. Karena dari rumah yang penuh perhatian dan nutrisi seimbang, masa depan bangsa bisa dibentuk.

Jangan anggap enteng jika anak terlihat mudah lelah atau kurang semangat. Bisa jadi itu tanda tubuhnya kekurangan zat besi. Anemia pada anak bukan hanya soal kesehatan, tapi juga soal masa depan mereka. Dengan edukasi, pola makan sehat, dan dukungan nutrisi yang tepat, orangtua bisa menjadi garda terdepan dalam mencetak generasi yang cerdas dan kuat.