Hi GWID! Selama bertahun-tahun, banyak dari kita—terutama perempuan—terjebak dalam definisi cantik yang sempit: kulit flawless, tubuh ramping, wajah simetris, dan wangi sepanjang hari. Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan serta peran perempuan yang makin luas, definisi cantik mulai berubah.
Kini kecantikan sejati bukan cuma soal tampilan luar, tapi juga mencakup keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa, dan preferensi pangan cukup erat dengan konsep ini. Inilah yang dikenal sebagai kecantikan holistik—cantik dari luar dan dalam, menyatu dengan gaya hidup sehat dan penuh kesadaran (wellness).
Ketika Skincare Mahal Kalah Sama Junk Food
Namun sayangnya, kata Sutamara Lasurdi Noor, Koordinator Food Culture Alliance Indonesia, ada ironi besar di masyarakat kita. Banyak orang rela merogoh kocek dalam untuk skincare, tapi tetap konsumsi makanan ultra-proses (UPF) seperti camilan instan, minuman tinggi gula, atau fast food. Ini artinya, lanjut dia, kesadaran akan kecantikan holistik belum diimbangi dengan perubahan gaya hidup yang nyata.
“Preferensi makanan masyarakat yang masih didominasi oleh UPF tentu saja bisa merusak kesehatan dan mempercepat penuaan kulit. Ini paradoks. Kita rawat kulit dari luar, tapi apa yang kita makan justru merusak dari dalam,” ungkap Sutamara saat membuka talkshow Beauty Dialogue bertajuk “A Holistic Perspective: An Exploration on Redefining Beauty and Its Connection to Wellness”, yang digelar oleh Komunitas Eathink menggandeng Food Culture Alliance Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Padahal, kecantikan sejati berakar dari dalam—dari apa yang kita konsumsi, bagaimana kita menjalani hidup, hingga seberapa sadar kita dalam merawat tubuh.
Standar Cantik: Tekanan yang Diam-Diam Menggerogoti
Standar kecantikan memang terus berubah, tapi sayangnya, perubahan itu seringkali datang dengan tekanan.
“Dulu cantik harus kuning langsat dan tinggi semampai. Padahal perempuan Indonesia punya bentuk dan warna kulit yang beragam,” ujar Puji Maharani, pengamat tren perempuan.
Karena tekanan ini, tak sedikit perempuan yang akhirnya memilih jalan pintas—diet ekstrem, produk pemutih, atau bahkan membahayakan diri demi memenuhi ekspektasi.
Baca Juga:
- 6 Aktivitas Liburan Panjang yang Efektif untuk Isi Ulang Energi dan Pikiran
- Panduan ke Jakarta Fair 2025: Jadwal dan Tiket Masuk
- Jamu, Gaya, dan Perempuan: Ketika Warisan Budaya Melenggang di Catwalk Acaraki Jamu Festival 2025
Dibalik Selfie dan Filter: Cerita Bia dan Perjuangan Tubuhnya
Bia Dai, seorang influencer hybrid, membagikan kisah personalnya. Dulu, ia mengalami eating disorder dan berat badannya naik drastis hampir 40 kg.
“Aku mulai sadar setelah kenal tubuhku sendiri. Beratku turun 30 kg bukan karena diet, tapi karena belajar sayang sama tubuhku,” katanya.
Meskipun dunia media sosial menuntut tampil sempurna, Bia kini lebih santai menghadapinya. “Komentar netizen soal penampilan memang masih ada, tapi sekarang saya lebih memilih untuk berdamai dengan dirinya sendir,” imbuhnya lagi.
Menjadi Diri Sendiri Adalah Kecantikan Tertinggi
Menurut Puji, transformasi cara pandang terhadap kecantikan mulai terlihat di generasi sekarang.
“Kini banyak perempuan yang percaya diri tampil natural. Kulit bertekstur? Nggak apa-apa. Selfie tanpa makeup? Boleh banget. Yang penting jujur dengan diri sendiri,” katanya.
Pendapat serupa dikemukakan pula oleh Grace Sita Betania, Retail Marketing, PR & Insight Executive dari The Body Shop Indonesia: “Cantik nggak harus putih. Jadi versi terbaik dari diri sendiri itu sudah cukup,” tegasnya.
Pandangan ini mencerminkan pemahaman baru bahwa cantik tidak harus seragam. Inilah bentuk baru dari kecantikan: self-awareness dan keberanian untuk jadi diri sendiri.
Cantik Holistik: Saat Kamu Tahu Apa yang Tubub Butuhkan
Puji juga menyebutkan bahwa kecantikan holistik adalah bentuk perlawanan terhadap tekanan sosial dan iklan yang membentuk persepsi cantik. Ia menyebut konsep ini sebagai conscious of function—sadar atas fungsi dan kebutuhan tubuh kita.
Fahra Affifa, konsultan riset dari Food Culture Alliance Indonesia menambahkan bahwa kecantikan bisa diraih lewat gaya hidup sehat dan makanan bernutrisi. Bukan lagi soal mengejar validasi orang lain, tapi membangun kepercayaan diri dari dalam.
“Kecantikan dan penampilan adalah aspirasi semua orang, karena terkait validasi sosial dan kepercayaan diri. Tapi aspirasi itu bisa dicapai lewat gaya hidup sehat, termasuk makanan bernutrisi,” katanya.
Cantik Itu Sehat, Bukan Sekadar Glowing Instan
Sayangnya menurut nutrisionis Feni Sulistiani, S.Gz, banyak orang masih terjebak dalam mindset instan. Mereka rela beli skincare mahal, tapi enggan berinvestasi pada makanan sehat.
“Padahal cantik itu sehat dan kulit glowing itu dari dalam, dari makanan yang kita pilih setiap hari. Itu yang membentuk kulit dan tubuh kita,” ujarnya.
Labih lanjut Feni mengatakan bahwa pola makan sehat memang tidak memberikan hasil instan. Namun, efeknya jauh lebih bertahan lama dan menyeluruh. “Skincare memang bisa memberi efek cepat, tapi makanan sehat adalah investasi jangka panjang untuk kulit glowing alami,” tambahnya.
Akhir Kata: Cantik Adalah Perjalanan, Bukan Tujuan
Kecantikan holistik bukan tentang memenuhi ekspektasi orang lain, tapi tentang mengenali, menerima, dan merawat diri sendiri secara sadar dan penuh kasih.
Setiap perempuan memiliki definisi cantiknya masing-masing. Entah melalui olahraga, tidur cukup, gizi seimbang, pikiran yang tenang, atau rutinitas skincare yang disesuaikan kebutuhan—semuanya adalah bentuk self-love.
Dalam keseharian, cara kita memilih makanan, menyajikannya, atau bahkan membicarakannya—semuanya membentuk cara kita memaknai diri dan memperlakukan tubuh.
Karena pada akhirnya, kecantikan yang paling berharga adalah yang lahir dari tubuh yang sehat, pikiran yang tenang, dan kepercayaan diri yang tumbuh dari dalam.
Ketika nilai-nilai kecantikan dan cara kita memaknai pangan berjalan seiring, maka pergeseran menuju makanan yang lebih bergizi dan berkelanjutan tak hanya mungkin—tapi juga diinginkan.
Remember: Food and beauty are not perfection—they’re the combination of authenticity, balance, and wellness.
Leave a Reply