Hi GWID, di era digital saat ini, peran seorang ibu tak lagi terbatas pada urusan domestik di rumah. Banyak ibu saat ini terutama ibu rumah tangga yang kini mulai merambah dunia digital sebagai content creator, reseller online, hingga belajar teknologi demi mendampingi anak-anak belajar secara daring. Mereka adalah sosok yang tak hanya multitalenta, tetapi juga terus beradaptasi di tengah arus perubahan zaman.
Peluang: Menjadi Lebih Mandiri secara Finansial
Salah satu daya tarik terbesar dari dunia digital adalah kesempatan memperoleh penghasilan tambahan dari rumah. Banyak ibu mulai membangun akun media sosial, membagikan konten seputar parenting, masak-memasak, tips rumah tangga, hingga keseharian mereka yang relatable. Tak sedikit pula yang menjadi reseller produk kebutuhan rumah tangga atau fashion secara online.
Peluang ini membuka pintu bagi ibu-ibu untuk:
-
Menambah penghasilan tanpa harus meninggalkan rumah.
-
Menyalurkan hobi dan kreativitas.
-
Membangun koneksi dan komunitas sesama ibu secara online.
Baca Juga:
Adaptasi: Belajar Teknologi dan Platform Digital
Namun di balik peluang itu, ada proses belajar dan adaptasi yang tak selalu mudah. Beberapa tantangan yang sering dihadapi ibu-ibu saat menekuni dunia digital antara lain:
-
Harus memahami teknologi seperti cara membuat konten, mengedit video, menggunakan aplikasi e-commerce, atau mengelola media sosial.
-
Update dengan algoritma dan tren digital, yang berubah sangat cepat.
-
Keterbatasan waktu, karena tetap harus membagi fokus antara pekerjaan digital dan tanggung jawab rumah tangga.
Tak jarang, banyak ibu harus belajar dari nol—bahkan belajar dari anak-anak mereka sendiri—demi bisa mengikuti perkembangan teknologi.
Tantangan: Privasi dan Keseimbangan Hidup
Menjadi bagian dari dunia digital juga membuka risiko tersendiri, terutama soal keamanan data dan privasi. Membagikan terlalu banyak informasi pribadi atau foto anak bisa berdampak negatif bila tidak disertai kesadaran digital yang kuat.
Selain itu, muncul tantangan untuk tetap menjaga:
-
Keseimbangan antara kehidupan online dan offline.
-
Kesehatan mental, karena tekanan dari algoritma, ekspektasi audiens, atau perbandingan sosial bisa menguras emosi.
Ibu-ibu di era digital adalah pejuang zaman modern. Mereka bukan hanya pengatur rumah tangga, tetapi juga pelajar teknologi, pendidik anak, sekaligus pencari nafkah tambahan. Meski jalan ini tidak mudah, namun dengan semangat belajar dan dukungan lingkungan sekitar, ibu-ibu Indonesia mampu beradaptasi dan berdaya di tengah dunia maya yang serba cepat ini.
Kunci utamanya adalah terus belajar, membatasi eksposur yang tidak perlu, dan tetap berpijak pada nilai-nilai keluarga. Karena pada akhirnya, teknologi hanyalah alat—yang terpenting adalah bagaimana ibu menggunakannya untuk kebaikan dirinya dan keluarganya.
Leave a Reply